MILANO – Kapal nelayan melawan kapal perang. Demikian mantan allenatore AC Milan dan timnas Italia, Arrigo Sacchi, menyimbolkan laga final Liga Champions 2015-2016 antara Real Madrid versus Atletico Madrid.
Atletico, yang disebut kapal nelayan oleh Sacchi dengan sangat berani menantang kekuatan yang berlipat-lipat di atasnya. Real, sang kapal perang mempersenjatai diri dengan amunisi terbaik punya peluang meluluhlantakkan kapal nelayan itu.
Nah, final Liga Champions musim ini seperti dejavu laga puncak dua tahun lalu di Lisbon. Ahad dini hari nanti (29/5), di San Siro pertarungan Real versus Atletico akan kembali tergelar.
Real seperti bocah gendut yang rakus makan belum juga puas dengan status klub tersukses Liga Champions. Dua musim lalu Los Merengues baru saja memenangi gelar La Decima alias kesepuluh di ajang Liga Champions. Musim ini, Real mau koleksi trofinya menjadi Undecima alias sebelas.
Sebaliknya Atletico yang sudah 113 tahun berdiri belum sekalipun mengangkat Si Kuping Besar. Dua kali mencapai babak final, 1973-1974 dan 2013-2014, semuanya kandas. Pada kesempatan pertama dipukul Bayern Muenchen. Yang kedua dijinakkan tetangga sendiri, Real.
Kini kesempatan ketiga buat Atletico menang trofi di kasta tertinggi Eropa datang ketiga kalinya. Tak heran seandainya ambisi Gabi dkk sedemikian besarnya untuk menghindari noda ketiganya di final Liga Champions ini.
Seperti diberitakan Marca Jumat (27/5) lalu, kapten Atletico, Gabi, menuturkan, sudah melupakan rasa pedih di Estadio da Luz Lisbon dua tahun silam. Kini Atletico lebih siap mengangkat trofi Liga Champions buat pertama kalinya.
“Kami sudah mengevaluasi penyebab-penyebab kegagalan kami dua tahun lalu di Lisbon. Kami akan pergi melawan Real dan menyongsong piala yang jadi mimpi terbesar kami,” tutur pemain 32 tahun itu.
Gabi masih ingat betapa pedihnya kekalahan dua tahun lalu. Bek Diego Godin membawa Atletico unggul lebih dahulu pada menit ke-36. Namun di masa injury time (90+2) sundulan kapten Real, Sergio Ramos, menyamakan kedudukan 1-1.
Bahkan dalam wawancara dengan The Guardian, Ramos menyebut golnya di Lisbon itu adalah orgasme. Ramos rupanya menyitir ungkapan sastrawan Uruguay, Eduardo Galeano, soal gambaran lahirnya gol yang jadi puncak kegembiraan di lapangan.
“Sekali lagi pertandingan di Milan ini akan menjadi yang terbesar dalam hidup kami. Kami akan amti-matian buat menang,” tegas Gabi.
Atletico, yang disebut kapal nelayan oleh Sacchi dengan sangat berani menantang kekuatan yang berlipat-lipat di atasnya. Real, sang kapal perang mempersenjatai diri dengan amunisi terbaik punya peluang meluluhlantakkan kapal nelayan itu.
Nah, final Liga Champions musim ini seperti dejavu laga puncak dua tahun lalu di Lisbon. Ahad dini hari nanti (29/5), di San Siro pertarungan Real versus Atletico akan kembali tergelar.
Real seperti bocah gendut yang rakus makan belum juga puas dengan status klub tersukses Liga Champions. Dua musim lalu Los Merengues baru saja memenangi gelar La Decima alias kesepuluh di ajang Liga Champions. Musim ini, Real mau koleksi trofinya menjadi Undecima alias sebelas.
Sebaliknya Atletico yang sudah 113 tahun berdiri belum sekalipun mengangkat Si Kuping Besar. Dua kali mencapai babak final, 1973-1974 dan 2013-2014, semuanya kandas. Pada kesempatan pertama dipukul Bayern Muenchen. Yang kedua dijinakkan tetangga sendiri, Real.
Kini kesempatan ketiga buat Atletico menang trofi di kasta tertinggi Eropa datang ketiga kalinya. Tak heran seandainya ambisi Gabi dkk sedemikian besarnya untuk menghindari noda ketiganya di final Liga Champions ini.
Seperti diberitakan Marca Jumat (27/5) lalu, kapten Atletico, Gabi, menuturkan, sudah melupakan rasa pedih di Estadio da Luz Lisbon dua tahun silam. Kini Atletico lebih siap mengangkat trofi Liga Champions buat pertama kalinya.
“Kami sudah mengevaluasi penyebab-penyebab kegagalan kami dua tahun lalu di Lisbon. Kami akan pergi melawan Real dan menyongsong piala yang jadi mimpi terbesar kami,” tutur pemain 32 tahun itu.
Gabi masih ingat betapa pedihnya kekalahan dua tahun lalu. Bek Diego Godin membawa Atletico unggul lebih dahulu pada menit ke-36. Namun di masa injury time (90+2) sundulan kapten Real, Sergio Ramos, menyamakan kedudukan 1-1.
Bahkan dalam wawancara dengan The Guardian, Ramos menyebut golnya di Lisbon itu adalah orgasme. Ramos rupanya menyitir ungkapan sastrawan Uruguay, Eduardo Galeano, soal gambaran lahirnya gol yang jadi puncak kegembiraan di lapangan.
“Sekali lagi pertandingan di Milan ini akan menjadi yang terbesar dalam hidup kami. Kami akan amti-matian buat menang,” tegas Gabi.
0 komentar:
Posting Komentar